KLASIFIKASI TUJUAN INSTRUKSIONAL
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas:
Mata Kuliah : Evaluasi
Pendidikan
Dosen Pengampu : Akhmad Afroni, M.Pd
Disusun oleh:
Irma Ayu
Purnami 202 111 3209
Kelas:
PAI C
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2016
PEMBAHASAN
A. Tujuan Pendidikan
1.
Pengertian Tujuan Pendidikan
Tujuan
Pendidikan merupakan saringan dan pernyataan kehendak dari beberapa pihak yang
berkepentingan termasuk dari pemerintah, lembaga atau yayasan, anak-anak dan
orang tua, serta para stakeholders yang berkepentingan.
Tujuan
Pendidikan secara luas merupakan jabatan dari filosofis masyarakat atau bahkan
pemerintah. Tujuan pendidikan tersebut dinyatakan secara luas, relatif tanpa
batasan waktu, dan merupakan usaha jangka panjang. Tujuan pendidikan tersebut
biasanya masih dalam tingkat kebijakan yang pada umumnya dibawah payung
pemerintah melalui departemen pendidikan nasional. [1]
2.
Jenis-Jenis Tujuan Pendidikan
Pengkhusussan dari tujuan umum pendidikan antara lain akan
menghasilkan rumusan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional ini
bersifat ideal dan belum operasional. Dalam upaya pencapaiannya, tujuan
pendidikan nasional perlu dijabarkan lebih lanjut sehingga bersifat operasional
dan mudah dievaluasi. Penjabaran tujuan pendidikan nasional menghasilkan hierarki
tujuan pendidikan sebagai berikut:
a.
Tujuan
Pendidikan Nasional merupakan
tujuan yang ingin dicapai dan didasari oleh falsafah negara Indonesia (didasari
oleh pancasila).
Tujuan pendidikan nasional yaitu tujuan dari keseluruhan satuan,
jenis dan kegiatan pendidikan, baik pada jalur pendidikan formal, informal, dan
nonformal dalam konteks pembangunan nasional. Tujuan pendidikan nasional
Indonesia adalah untuk “berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggungjawab” (Bab II Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003).[2]
b.
Tujuan
Institusional adalah tujuan
dari masing-masing institusi atau lembaga.
Misalnya;
-
Tujuan
Sekolah Dasar
-
Tujuan
Sekolah Menengah Pertama
-
Tujuan
Sekolah Pendidikan guru dan sebagainy ayang masing-masing sudah dicanangkan
sesuai dengan harapan lulusannya.
c.
Tujuan
Kurikuler adalah tujuan dari masing-masing
bidang studi.
Misalnya;
-
Tujuan
pelajaran Pendidikan Agama
-
Tujuan
pelajaran Matematika
-
Tujuan
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
d.
Tujuan
Instruksional adalah tujuan
yang ingin dicapai dari setiap kegiatan instruksional atau pembelajaran.[3]
B. Tujuan Instruksional
1.
Pengertian Tujuan Instruksional
Materi suatu
bidang studi tidak mungkin menjadi milik kita, tanpa dipelajari terlebih
dahulu. Baik dipelajari sendiri maupun diajarkan oleh guru. Proses atau
kegiatan mempelajari materi ini terjadi dalam saat terjadinya situasi belajar
mengajar atau pengajaran (instruksional). Dari perkataan pengajaran atau
instruksional inilah maka timbul istilah tujuan instruksional, yaitu tujuan
yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan dan sikap yang harus
dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam
bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.[4]
2.
Manfaat Tujuan Instruksional
Dalam
pembaharuan sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia sekarang ini, setiap
guru dituntut untuk menyadari tujuan dari kegiatan mengajar dengan titik tolak
kebutuhan siswa. Oleh karena itu, dalam merancang sistem belajar yang akan
dilakukannya, langkah pertama yang ia lakukan adalah membuat tujuan
instruksional. Dengan tujuan instruksional:
a.
Guru
mempunyai arah untuk:
1)
Memilih
bahan pelajaran,
2)
Memilih
prosedur (metode) mengajar.
b.
Siswa
mengetahui arah belajarnya.
c.
Setiap
guru mengetahui batas-batas tugas dan wewenangnya mengajarkan suatu materi
sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau saling
menutup (overlap) antara guru.
d.
Guru
mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar siswa.
e.
Guru
sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang kebijaksanaan (decision
maker) mempunyai kriteria untuk mengevaluasi kualitas maupun efisiensi
pengajaran.[5]
3.
Kelemahan dan Kelebihan Penyusunan Tujuan Instruksional
Kelemahan utama
dalam menyusun tujuan perilaku atas dasar tujuan instruksional umum maupun
tujuan instruksional khusus adalah bagaimana mengetahui kapasitas seorang
siswaa setelah mereka menyelesaikan tugas-tugasnya, termasuk berapa tujuan yang
diperlukan sebelum tujuan instruksional disusun.
Beberapa kelemahan dalam menyatakan tujuan perilaku diantaranya sebagai
berikut.
1.
Perilaku
yang kompleks melibatkan kegiatan proses memaknai yang cukup sulit.
2.
Tujuan
perilaku yang dinyatakan terlalu berserak untuk dinyatakan secara tertulis.
3.
Keterampilan
atau perilaku seseorang siswa tidak dapat dinyatakan seperti objek yang
konkret.
Kelebihan
tujuan perilaku dinyatakan secara jelas dalam evaluasi pembelajaran di antaranya
adalah tujuan perilaku akan mendorong guru tetap memerhatikan manajemen
pendidikan dalam kelas agar menjadi lebih baik, lebih efektif, umpan balik
kepada siswa dapat lebih dipertanggungjawabkan pada publik.[6]
C.
Macam-Macam Tujuan
Instrksional
1.
Ada
dua macam tujuan instruksional.
a.
Tujuan
instruksional umum (TIU).
Tujuan instruksional umum merupakan yang dinyatakan dalam batasan
umum dan guna mengarahkan keberadaan tujuan belajar yang lebih spesifik. Tujuan
umum ini memberikan guru arahan, misalnya dalam macam-macam metode dan cara
evaluasi yang tepat agar tujuan belajar yang lebih spesifik dapat di
kembangkan.
b.
Tujuan
instruksional khusus (TIK).
Tujuan instruksional khusus merupakan tujuan dalam proses belajar mengajar dalam tingkat operasional dengan
beberapa indikator ketercapaian.
2.
Pembedaan
atas dua macam ini ditujukan atas luasnya tujuan yang akan dicapai sehingga
apabila dibagankan akan terlihat seperti dibawah ini:
Didalam merumuskan tujuan instruksional harus diusahakan agar
tampak bahwa setelah tercapainya tujuan itu terjadi adanya perubahan pada diri
anak yang meliputi kemampuan intelektual, sikap atau minat
maupun ketrampilan yang oleh Bloom dan kawan-kawanya disebut sebagai
asek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor.[7]
3.
Berikut
disajikan contoh merumuskan suatu tujuan pembelajaran berdasarkan indikator
pencapaian hasil belajar.
Mata Pelajaran: Ilmu Sosial
Kelas/semester :IV/1
Kompetensi Dasar: Memahami ciri-ciri geografi Indonesia
Materi pokok: Kenampakan Alam Indonesia
Indikator pencapaian hasil belajar:
1.
Menemukan
pada peta letak nama laut dan samudra yang mengelilingi Indonesia
2.
Mengidentifikasi
pulau-pulau besar dan kecil di Indonesia
3.
Menemukan
pada peta letak dan nama cagar alam, sungai, gunung, danau, selat, teluk, dan
tanjung di Indonesia
Kemudian
Indikator-indikator dirinci kembali menjadi TIK-TIK yang dapat dijadikan
patokan untuk melaksanakan program pembelajaran. Contoh TIK yang dapat dibuat
berdasarkan tiga indikator diatas, yaitu:
Siswa kelas VI
dapat:
1.
Menyebutkan
minimal 5 nama pulau di Indonesia
2.
Menyebutkan
2 samudra di Indonesia
3.
Menunjukkan
pada peta letak 5 pulau besar
4.
Menunjukkan
pada peta laut yang mengelilingi Indonesia
5.
Menunjukkan
pada peta samudra yang mengelilingi Indonesia
6.
Menyebutkan
nama gunung-gunung yang ada di provinsi Aceh
7.
Dan
seterusnya.[8]
D.
Merumuskan Tujuan Instruksional
1.
Kriteria Merumuskan Tujuan Instruksional
a) Audience ialah pendengar atau
yang mengikuti pelajaran. Dalam merumuskan TIK peserta sebagai audience dalam
proses belajar mengajar harus dijadikan sebagai subjek.
b) Behavior ialah tingkah laku
yang diharapkan dicapai sebagai hasil belajar.
c) Condition yaitu keadaan atau penjelasan tingkah laku yang diharapkan.
d) Degree yaitu derajat kualitas atau standar minimal dari
hasil belajar yang diharapkan dalam rumusan TIK. Degree dapat berbentuk
kualitas atau kuantitas dan sebagainya.[9]
2.
Langkah-langkah penyususunan tujuan instruksional
a.
Membuat
sejumlah TIU untuk setiap mata pelajaran atau bidang studi yang akan diajarkan.
Didalam tahun 1975 maupun 1984 TIU sudah ada, tercantum dalam buku garis-garis
besar program pengajaran. Dalam merususkan TIU digunakan kata kerja yang
sifatnya umum dan tidak dapat diukur karena erubahan tingkah laku masih terjadi
didalam diri manusia.
b.
Dari
TIU dijabarkan menjadi beberapa TIK yang rumusanya jelas, khusus, dapat
diamati, terukur, dan menunjukan perubahan tingkah laku.
Atas dasar semua keterangan ini maka agar dalam evaluasi terlihat
hasilnya, TIU ini perlu diperinci lagi sehingga menjadi jelas dan tidak dapat
disalah tafsirkan oleh beberaa orang. Rumusan TIK yang lengkap memuat tiga
komponen, yaitu: Tingkah laku akhir (terminal behavior), Kondisi deonstrasi
(condition of demonstration or tes), dan standar keberhasilan (standart of
perfomance).
3.
Syarat-syarat Merumuskan Tujuan Instruksional
a. Harus berpusat pada perubahan tingkah laku pembelajar.
b. Harus berisikan tingkah laku operasional (dapat diukur pada saat itu juga)
c. Harus berisikan makna dari pokok bahasan yang diajarkan pada saat itu.[10]
E.
Kata-Kata Operasional
Menurut Bloom dkk, pendidikan memainkan peranan penting dalam
membentuk dan mengembangan pola tingkah laku manusia, dimana pola tingkah laku
itu dapat diukur melalui suatu alat ukur. [11]
Tujuan instruksional dalam proses pembelajaran pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi tiga domain atau ranah
yaitu kognitif, afektif, psikomotorik. Minimal dua atau tiga jenis ranah
tersebut akan mempengaruhi tingkat profesioanl siswa. Peran guru sebagai
pengampu aktif dalam proses belajar mengajar, perlu menguasai ketiga jenis
ranah pengetahuan tersebut, kemudian menerapkannya kepada siswa melalui
pemberian materi pelajaran yang sesuai dengan satuan pelajaran dan kurikulum.
1. Domain Kognitif
Menurut Good, domain kognitif merupakan proses pengetahuan yang lebih
banyak di dasarkan perkembangannya dari persepsi, instrospeksi, atau memori
siswa. Tujuan pembelajaran kognitif dikembangkan oleh Bloom, dkk. dalam taxonomy
Bloom tahun 1956. Tujuan kognitif ini, dibedakan menjadi enam tingkatan: [12]
a. Pengetahuan (knowledge)
Mendefinisikan,
mendeskripsikan, mengidentifikasikan, mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan,
menyatakan (states), mereproduksi.
b. Pemahaman (Comprehension)
Mempertahankan,
membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan,
menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, memperkirakan.
c. Aplikasi
Mengubah,
menghitung, mendemostrasikan, menemukan, memanipulasikan, memodahkan,
menggunakan ifikasikan, mengoperasikan, meramalkan, menyiapkan, menghasilkan,
menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan.
d. Analisa
Memerinci,
menyusun, diagram, membedakan, mengidentifikasikan, mengilustrasikan,
menyimpulkan, menyimpulkan, menunjukkan, menghubungkan, memilih, memisahkan,
membagi (subdives).
e. Sintesis
Mengategorikan,
mengombinasikan, mengarang, menciptakan, membuat desain, menjelaskan,
memodifikasi, mengorganisasikan, menyusun, membuat rencana, mengatur kembali,
merekonstruksikan, menghubungkan, mereorganisasikan, merevisi, menuliskan
kembali, menuliskan, menceritakan.
f. Evaluasi
Menilai,
membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan, mengkritik, mendeskripsikan,
membedakan, menerangkan, memutuskan, menafsirkan, menghubungkan, membantu (supports).[13]
2. Domain Afektif
Dalam pengembangan
afektif yang semula hanya mencakup perasaan dan emosi, telan berkembang lebih
luas, yakni menyangkut moral, nilai, dan keagamaan.[14]
1. Reesiving
Menanyakan, memilih, mendeskripsikan,
mengikuti, memberikan, mengidentifikasikan, menyebutkan, menunjukkan, memilih,
menjawab.
2. Responding
Menjawab, membantu, mendiskusikan,
menghormat, berbuat, melakukan, membaca, memberikan, menghafal, melaporkan,
memilih, menceritakan, menulis.
3. Valuing
Melengkapi, menggambarkan, membedakan,
menerangkan, mengikuti, membentuk, mengundung, menggabung, mengusulkan,
membaca, melaporkan, memilih, bekerja, mengambil bagian (share),
mempelajari.
4. Organization
Mengubah, mengatur, menggabungkan,
membandingkan, melengkapi empertahankan, menerangkan, menggeneralisasikan,
mengidenfikasikan, mengintegrasikan, memodifikasi, mengorganisir, menyiapkan,
menghubungkan, mensintesiskan.
5. Characterization by value complex
Membedakan, menerapkan, mengusulkan,
memperagakan mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasikan, mempertunjukkan,
menanyakan, merevisi, melayani, memecahkan, menggunakan.
3. Domain Psikomotor
Kata-kata
operasional untuk aspek psikomotor harus menunjuk pada aktualisasi kata-kata
ang dapat diamati meliputi:
a.
Muscular
or motor skills
Mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil/pekerjaantangan, melompat,
menggerakan, menampilkan.
b.
Manipulations
of materials or objects
Mereparasi, menusun, membersihkan, menggeser, memindah, membentuk.
c.
Neuromuscular
coordination
Mengamati, mengetrapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang,
memotong, menarik, menggunakan.
Kata-kata
diatas merupakan kata-kata kerja ang dipakai dalam merumuskan tujuan
instruksional khusus bagi siswa-siswa ang belajar, sehumgga rumusan seutuhna
antara lain, sebagai berikut :
Ø Siswa dapat menjumlahkan bilangan-bilangan ang terdiri dari puluhan
dan satuan.
Ø Siswa dapat menunjukkan letak gunung-gunung ang ada di Jawa tengah.
Ø Siswa dapat menceritakan kembali isi bacaan tentang kisah keluarga.[15]
DAFTAR
PUSTAKA
Sukardi. 2008. Evaluasi
Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto,
Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. 1997. Jakarta: Bumi Aksara.
Daryanto. 2012.
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
http://dalimunthehendraeducation.blogspot.co.id/2013/03/tujuan-pendidikan-nasionalinstitusional.html
Silverius,Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: PT Grasindo.
[1] Sukardi, Evaluasi
Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm.
71
[2]http://dalimunthehendraeducation.blogspot.co.id/2013/03/tujuan-pendidikan-nasionalinstitusional.html, diakses 2 Maret 2016 pukul 08.00 WIB
[3] Suharsimi
Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,1997),
hlm. 130-131
[4] Ibid., hlm.145.
[5] Ibid., hlm.
146-147
[6] Sukardi, Evaluasi
Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 77-78
[8]
http://blog.unsri.ac.id/Agung/makalah/perumusan-tujuan-pembelajaran/mrdetail/11168, diakses
Jum’at, 4 Maret 2016 pukul 08.00
[9]http://hasrian04rudi.blogspot.co.id/2011/03/merumuskan-tujuan-intruksional-1.html,
diakses 2 Maret 2016 pukul 08.10
[10]http://hasrian04rudi.blogspot.co.id/2011/03/merumuskan-tujuan-intruksional-1.html,
diakses 2 Maret 2016 pukul 08.10
[11]
Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, (Jakarta: PT
Grasindo, 1991), hlm. 52
[12] Sukardi, Op.Cit.,
hlm. 75
[13] Suharsimi, Op.Cit.,
hlm.136-137
[14] Sukardi, Op.Cit.,
hlm. 75
Tidak ada komentar:
Posting Komentar