Selasa, 08 Maret 2016

Makalah Klasifikasi Tujuan Instruksional (Evaluasi Pendidikan)

KLASIFIKASI TUJUAN INSTRUKSIONAL

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas:
Mata Kuliah    : Evaluasi Pendidikan
Dosen Pengampu : Akhmad Afroni, M.Pd

Logo-STAIN-Pekalongan.gif


Disusun oleh:

Irma Ayu Purnami               202 111 3209

Kelas: PAI C


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2016

PEMBAHASAN

A.  Tujuan Pendidikan
1.    Pengertian Tujuan Pendidikan
Tujuan Pendidikan merupakan saringan dan pernyataan kehendak dari beberapa pihak yang berkepentingan termasuk dari pemerintah, lembaga atau yayasan, anak-anak dan orang tua, serta para stakeholders yang berkepentingan.
Tujuan Pendidikan secara luas merupakan jabatan dari filosofis masyarakat atau bahkan pemerintah. Tujuan pendidikan tersebut dinyatakan secara luas, relatif tanpa batasan waktu, dan merupakan usaha jangka panjang. Tujuan pendidikan tersebut biasanya masih dalam tingkat kebijakan yang pada umumnya dibawah payung pemerintah melalui departemen pendidikan nasional. [1]
2.    Jenis-Jenis Tujuan Pendidikan
Pengkhusussan dari tujuan umum pendidikan antara lain akan menghasilkan rumusan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional ini bersifat ideal dan belum operasional. Dalam upaya pencapaiannya, tujuan pendidikan nasional perlu dijabarkan lebih lanjut sehingga bersifat operasional dan mudah dievaluasi. Penjabaran tujuan pendidikan nasional menghasilkan hierarki tujuan pendidikan sebagai berikut:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcCY0ZZBiNBEAKFuSlm_0fWBmtM7aZz09aQ_L2Z4tKLOOiEK0g0nd738bUBa-8jiPZNKqVW0wxAombeyTi6IsgenSuQ2vFVZnjzSpNPQRD8YkXcw-cRMuW3HVp9NqitMJ7arpIV7SRcAw/s320/tujuan-pendidikan.jpg
a.    Tujuan Pendidikan Nasional merupakan tujuan yang ingin dicapai dan didasari oleh falsafah negara Indonesia (didasari oleh pancasila).
Tujuan pendidikan nasional yaitu tujuan dari keseluruhan satuan, jenis dan kegiatan pendidikan, baik pada jalur pendidikan formal, informal, dan nonformal dalam konteks pembangunan nasional. Tujuan pendidikan nasional Indonesia adalah untuk “berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab” (Bab II Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003).[2]
b.    Tujuan Institusional adalah tujuan dari masing-masing institusi atau lembaga.
Misalnya;
-       Tujuan Sekolah Dasar
-       Tujuan Sekolah Menengah Pertama
-       Tujuan Sekolah Pendidikan guru dan sebagainy ayang masing-masing sudah dicanangkan sesuai dengan harapan lulusannya.
c.    Tujuan Kurikuler adalah tujuan dari masing-masing bidang studi.
Misalnya;
-       Tujuan pelajaran Pendidikan Agama
-       Tujuan pelajaran Matematika
-       Tujuan pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
d.   Tujuan Instruksional adalah tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan instruksional atau pembelajaran.[3]
B.  Tujuan Instruksional
1.    Pengertian Tujuan Instruksional
Materi suatu bidang studi tidak mungkin menjadi milik kita, tanpa dipelajari terlebih dahulu. Baik dipelajari sendiri maupun diajarkan oleh guru. Proses atau kegiatan mempelajari materi ini terjadi dalam saat terjadinya situasi belajar mengajar atau pengajaran (instruksional). Dari perkataan pengajaran atau instruksional inilah maka timbul istilah tujuan instruksional, yaitu tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.[4]
2.    Manfaat Tujuan Instruksional
Dalam pembaharuan sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia sekarang ini, setiap guru dituntut untuk menyadari tujuan dari kegiatan mengajar dengan titik tolak kebutuhan siswa. Oleh karena itu, dalam merancang sistem belajar yang akan dilakukannya, langkah pertama yang ia lakukan adalah membuat tujuan instruksional. Dengan tujuan instruksional:
a.    Guru mempunyai arah untuk:
1)   Memilih bahan pelajaran,
2)   Memilih prosedur (metode) mengajar.
b.    Siswa mengetahui arah belajarnya.
c.    Setiap guru mengetahui batas-batas tugas dan wewenangnya mengajarkan suatu materi sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau saling menutup (overlap) antara guru.
d.   Guru mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar siswa.
e.    Guru sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang kebijaksanaan (decision maker) mempunyai kriteria untuk mengevaluasi kualitas maupun efisiensi pengajaran.[5]
3.    Kelemahan dan Kelebihan Penyusunan Tujuan Instruksional
Kelemahan utama dalam menyusun tujuan perilaku atas dasar tujuan instruksional umum maupun tujuan instruksional khusus adalah bagaimana mengetahui kapasitas seorang siswaa setelah mereka menyelesaikan tugas-tugasnya, termasuk berapa tujuan yang diperlukan sebelum tujuan instruksional disusun.
Beberapa kelemahan dalam menyatakan tujuan perilaku diantaranya sebagai berikut.
1.      Perilaku yang kompleks melibatkan kegiatan proses memaknai yang cukup sulit.
2.      Tujuan perilaku yang dinyatakan terlalu berserak untuk dinyatakan secara tertulis.
3.      Keterampilan atau perilaku seseorang siswa tidak dapat dinyatakan seperti objek yang konkret.
Kelebihan tujuan perilaku dinyatakan secara jelas dalam evaluasi pembelajaran di antaranya adalah tujuan perilaku akan mendorong guru tetap memerhatikan manajemen pendidikan dalam kelas agar menjadi lebih baik, lebih efektif, umpan balik kepada siswa dapat lebih dipertanggungjawabkan pada publik.[6]


C.   Macam-Macam Tujuan Instrksional
1.    Ada dua macam tujuan instruksional.
a.    Tujuan instruksional umum (TIU).
Tujuan instruksional umum merupakan yang dinyatakan dalam batasan umum dan guna mengarahkan keberadaan tujuan belajar yang lebih spesifik. Tujuan umum ini memberikan guru arahan, misalnya dalam macam-macam metode dan cara evaluasi yang tepat agar tujuan belajar yang lebih spesifik dapat di kembangkan.
b.    Tujuan instruksional khusus (TIK).
Tujuan instruksional khusus merupakan tujuan dalam proses belajar mengajar dalam tingkat operasional dengan beberapa indikator ketercapaian.
2.    Pembedaan atas dua macam ini ditujukan atas luasnya tujuan yang akan dicapai sehingga apabila dibagankan akan terlihat seperti dibawah ini:
Didalam merumuskan tujuan instruksional harus diusahakan agar tampak bahwa setelah tercapainya tujuan itu terjadi adanya perubahan pada diri anak yang meliputi kemampuan intelektual, sikap atau  minat  maupun ketrampilan yang oleh Bloom dan kawan-kawanya disebut sebagai asek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor.[7]
3.    Berikut disajikan contoh merumuskan suatu tujuan pembelajaran berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar.
Mata Pelajaran: Ilmu Sosial
Kelas/semester :IV/1
Kompetensi Dasar: Memahami ciri-ciri geografi Indonesia
Materi pokok: Kenampakan Alam Indonesia
Indikator pencapaian hasil belajar:
1.    Menemukan pada peta letak nama laut dan samudra yang mengelilingi Indonesia
2.    Mengidentifikasi pulau-pulau besar dan kecil di Indonesia
3.    Menemukan pada peta letak dan nama cagar alam, sungai, gunung, danau, selat, teluk, dan tanjung di Indonesia
Kemudian Indikator-indikator dirinci kembali menjadi TIK-TIK yang dapat dijadikan patokan untuk melaksanakan program pembelajaran. Contoh TIK yang dapat dibuat berdasarkan tiga indikator diatas, yaitu:
Siswa kelas VI dapat:
1.      Menyebutkan minimal 5 nama pulau di Indonesia
2.      Menyebutkan 2 samudra di Indonesia
3.      Menunjukkan pada peta letak 5 pulau besar
4.      Menunjukkan pada peta laut yang mengelilingi Indonesia
5.      Menunjukkan pada peta samudra yang mengelilingi Indonesia
6.      Menyebutkan nama gunung-gunung yang ada di provinsi Aceh
7.      Dan seterusnya.[8]
D.  Merumuskan Tujuan Instruksional
1.      Kriteria Merumuskan Tujuan Instruksional
a)      Audience ialah pendengar atau yang mengikuti pelajaran. Dalam merumuskan TIK peserta sebagai audience dalam proses belajar mengajar harus dijadikan sebagai subjek.
b)      Behavior ialah tingkah laku yang diharapkan dicapai sebagai hasil belajar.
c)       Condition yaitu keadaan atau penjelasan tingkah laku yang diharapkan.
d)      Degree yaitu derajat kualitas atau standar minimal dari hasil belajar yang diharapkan dalam rumusan TIK. Degree dapat berbentuk kualitas atau kuantitas dan sebagainya.[9]
2.      Langkah-langkah penyususunan tujuan instruksional
a.         Membuat sejumlah TIU untuk setiap mata pelajaran atau bidang studi yang akan diajarkan. Didalam tahun 1975 maupun 1984 TIU sudah ada, tercantum dalam buku garis-garis besar program pengajaran. Dalam merususkan TIU digunakan kata kerja yang sifatnya umum dan tidak dapat diukur karena erubahan tingkah laku masih terjadi didalam diri manusia.
b.         Dari TIU dijabarkan menjadi beberapa TIK yang rumusanya jelas, khusus, dapat diamati, terukur, dan menunjukan perubahan tingkah laku.
Atas dasar semua keterangan ini maka agar dalam evaluasi terlihat hasilnya, TIU ini perlu diperinci lagi sehingga menjadi jelas dan tidak dapat disalah tafsirkan oleh beberaa orang. Rumusan TIK yang lengkap memuat tiga komponen, yaitu: Tingkah laku akhir (terminal behavior), Kondisi deonstrasi (condition of demonstration or tes), dan standar keberhasilan (standart of perfomance).
3.      Syarat-syarat Merumuskan Tujuan Instruksional
a.    Harus berpusat pada perubahan tingkah laku pembelajar.
b.    Harus berisikan tingkah laku operasional (dapat diukur pada saat itu juga)
c.    Harus berisikan makna dari pokok bahasan yang diajarkan pada saat itu.[10]

E.  Kata-Kata Operasional
Menurut Bloom dkk, pendidikan memainkan peranan penting dalam membentuk dan mengembangan pola tingkah laku manusia, dimana pola tingkah laku itu dapat diukur melalui suatu alat ukur. [11] Tujuan instruksional dalam proses pembelajaran pada prinsipnya dapat  dikelompokkan menjadi tiga domain atau ranah yaitu kognitif, afektif, psikomotorik. Minimal dua atau tiga jenis ranah tersebut  akan mempengaruhi tingkat profesioanl siswa. Peran guru sebagai pengampu aktif dalam proses belajar mengajar, perlu menguasai ketiga jenis ranah pengetahuan tersebut, kemudian menerapkannya kepada siswa melalui pemberian materi pelajaran yang sesuai dengan satuan pelajaran dan kurikulum.
1.    Domain Kognitif
Menurut Good, domain kognitif merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak di dasarkan perkembangannya dari persepsi, instrospeksi, atau memori siswa. Tujuan pembelajaran kognitif dikembangkan oleh Bloom, dkk. dalam taxonomy Bloom tahun 1956. Tujuan kognitif ini, dibedakan menjadi enam tingkatan: [12]
a.    Pengetahuan (knowledge)
Mendefinisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasikan, mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan, menyatakan (states), mereproduksi.
b.    Pemahaman (Comprehension)
Mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, memperkirakan.
c.    Aplikasi
Mengubah, menghitung, mendemostrasikan, menemukan, memanipulasikan, memodahkan, menggunakan ifikasikan, mengoperasikan, meramalkan, menyiapkan, menghasilkan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan.
d.   Analisa
Memerinci, menyusun, diagram, membedakan, mengidentifikasikan, mengilustrasikan, menyimpulkan, menyimpulkan, menunjukkan, menghubungkan, memilih, memisahkan, membagi (subdives).
e.    Sintesis
Mengategorikan, mengombinasikan, mengarang, menciptakan, membuat desain, menjelaskan, memodifikasi, mengorganisasikan, menyusun, membuat rencana, mengatur kembali, merekonstruksikan, menghubungkan, mereorganisasikan, merevisi, menuliskan kembali, menuliskan, menceritakan.
f.     Evaluasi
Menilai, membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan, mengkritik, mendeskripsikan, membedakan, menerangkan, memutuskan, menafsirkan, menghubungkan, membantu (supports).[13]
2.    Domain Afektif
Dalam pengembangan afektif yang semula hanya mencakup perasaan dan emosi, telan berkembang lebih luas, yakni menyangkut moral, nilai, dan keagamaan.[14]
1.    Reesiving
Menanyakan, memilih, mendeskripsikan, mengikuti, memberikan, mengidentifikasikan, menyebutkan, menunjukkan, memilih, menjawab.
2.    Responding
Menjawab, membantu, mendiskusikan, menghormat, berbuat, melakukan, membaca, memberikan, menghafal, melaporkan, memilih, menceritakan, menulis.
3.    Valuing
Melengkapi, menggambarkan, membedakan, menerangkan, mengikuti, membentuk, mengundung, menggabung, mengusulkan, membaca, melaporkan, memilih, bekerja, mengambil bagian (share), mempelajari.
4.    Organization
Mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, melengkapi empertahankan, menerangkan, menggeneralisasikan, mengidenfikasikan, mengintegrasikan, memodifikasi, mengorganisir, menyiapkan, menghubungkan, mensintesiskan.
5.    Characterization by value complex
Membedakan, menerapkan, mengusulkan, memperagakan mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasikan, mempertunjukkan, menanyakan, merevisi, melayani, memecahkan, menggunakan.

3.    Domain Psikomotor
Kata-kata operasional untuk aspek psikomotor harus menunjuk pada aktualisasi kata-kata ang dapat diamati meliputi:
a.    Muscular or motor skills
Mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil/pekerjaantangan, melompat, menggerakan, menampilkan.
b.    Manipulations of materials or objects
Mereparasi, menusun, membersihkan, menggeser, memindah, membentuk.
c.    Neuromuscular coordination
Mengamati, mengetrapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik, menggunakan.

Kata-kata diatas merupakan kata-kata kerja ang dipakai dalam merumuskan tujuan instruksional khusus bagi siswa-siswa ang belajar, sehumgga rumusan seutuhna antara lain, sebagai berikut :
Ø Siswa dapat menjumlahkan bilangan-bilangan ang terdiri dari puluhan dan satuan.
Ø Siswa dapat menunjukkan letak gunung-gunung ang ada di Jawa tengah.
Ø Siswa dapat menceritakan kembali isi bacaan tentang kisah keluarga.[15]

DAFTAR PUSTAKA

Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. 1997. Jakarta: Bumi Aksara.

Daryanto. 2012. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.



Silverius,Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik.  Jakarta: PT Grasindo.







[1] Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 71
[3] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,1997), hlm. 130-131
[4] Ibid., hlm.145.
[5] Ibid., hlm. 146-147
[6] Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 77-78
[7] Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm.145-14.
[11] Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, (Jakarta: PT Grasindo, 1991), hlm. 52
[12] Sukardi, Op.Cit., hlm. 75
[13] Suharsimi, Op.Cit., hlm.136-137
[14] Sukardi, Op.Cit., hlm. 75
[15] Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hlm. 65-66

Tidak ada komentar:

Posting Komentar