NOTASI
ILMIAH
Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas:
Mata
Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen pengampu : Umum Budi Karyanto, M. Hum.
Oleh:
Khoirun
Nisa (2021113202)
Irma
Ayu Purnami (2021113209)
Eni
Rosida (2021113228)
Urip
Puji Astuti (2021113260)
Hepi
Rahmawati (2021113265)
Kartika
Budi Ayu (2021113275)
Kelas: PAI F
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah karya tulis tidak lepas dari
beberapa referensi yang berkaitan dengan tema atau topik karya ilmiah tersebut.
Hal ini untuk menunjukkan kualitas baik atau tidaknya sebuah karya ilmiah.
Semakin baik buku atau referensi yang dikutip maka semakin baik pula kualitas
karya ilmiah tersebut.
Pada hakekatnya sebuah karya ilmiah
disajikan bagi semua pembaca yang berkepentingan dengan karya tersebut atau
bisa juga bagi pembaca yang ingin menambah wawasan keilmuanya. Seorang pembaca
yang baik akan senantiasa mengkritisi apa yang ia baca, hal ini dilakukan
dengan cara melihat referensi yang dimuat oleh sebuah karya ilmiah yang ia
baca. Maka dari itu seorang penulis harus benar dalam menuliskan notasi ilmiah
pada karya tulisnya.
Makalah ini akan mengulas sedikit
mengenai pengertian notasi ilmiah, teknik-tekniknya, metode penulisannya
beserta singkatan-singkatan yang dipakai dalam notasi ilmiah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk
terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1.
Apa Pengertian
Notasi Ilmiah?
2.
Apa Saja Teknik-Teknik Notasi Ilmiah?
3.
Apa yang Dimaksud Footnote?
4.
Apa yang
Dimaksud Innote?
5.
Apa yang
Dimaksud Endnote?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Notasi Ilmiah
Notasi
ilmiah adalah pencantuman sumber rujukan yang digunakan dalam sebuah karya
ilmiah. Pencantuman tersebut dimaksudkan untuk menghindari tuduhan plagiat dan
untuk memberikan kemudahan bagi peneliti maupun penerima untuk mengetahui
sumber rujukan, terutama jika diperlukan penelitian ulang atau penelitian
lanjutan di kemudian hari.[1]
B. Teknik-Teknik Notasi Ilmiah
Ada tiga
teknik yang banyak digunakan di berbagai perguruan tinggi baik PTN maupun PTS,
yakni footnote, innote, dan endnote.[2]
1.
Footnote
Yang
dimaksud dengan catatan kaki disini adalah catatan pada bagian bawah halaman
teks yang menyatakan sumber sesuatu kutipan, pendapat atau keterangan
penyusunan mengenai sesuatu hal yang diuraikan dalam teks.[3]
Gelar akademik dan gelar kebangsawanan tidak disertakan serta nama
pengarang/penulis tidak dibalik.[4]
a.
Fungsi
Catatan Kaki
· Pengakuan
akan sumber informasi
· Memberikan
dukungan argumentasi atau pembukuan
· Pembuktian
kutipan naskah
· Meningkatkan
kualitas karangan
· Menunjukkan
kejujuran intelektual, bukan plagiat, dan mempertinggi estetika.[5]
b.
Tempat
Catatan Kaki
· Catatan Kaki
dan uraian pada halaman yang sama pada bagian bawah digunakan dalam skripsi,
tesis, disertasi,buku, atau karangan ilmiah formal lainnya.
· Catatan kaki
pada akhir bab digunakan untuk karangan populer
· Catatan kaki
pada akhir karangan digunakan untuk karangan yang berbentuk artikel untuk surat
kabar, jurnal, majalah, laporan yang tidak menggunakan pembagian bab atau esai
dalam buku kumpulan esai.[6]
Penempatan
catatan kaki harus konsisten. Misalnya penempatan catatan kaki pada kaki
halaman pertama. Penempatan ini dilakukan seterusnya dengan cara yang sama
sampai dengan halaman terakhir. Jika menggunakan cara penempatan pada kaki bab,
cara yang sama harus dilakukun sampai dengan akhir bab.
c.
Nomor
Footnote
Footnote atau
catatan kaki diberi nomor sesuai dengan nomor kutipan dengan menggunakan angka
Arab, yaitu angka yang berasal dari ejaan Arab yang sekarang menjadi ejaan
Internasional (1, 2, 3, dan seterusnya) yang diketik naik setengah spasi. Footnote
pada tiap bab diberi nomor urut, mulai dari angka 1 sampai dengan selesai
dan dimulai dengan nomor 1 lagi pada bab-bab berikutnya.
d.
Bentuk Footnote
Urutan
penulisan footnote antara satu perguruan tinggi dengan perguruan tinggi
yang lain tentu berbeda karena pada umumnya, setiap perguruan tinggi memiliki
pedoman penulisan masing-masing. Ada dua cara penulisan yang disebutkan dalam
makalah ini. Cara pertama, urutannya sebagai berikut:
1) Nama
pengarang koma
2) Judul buku
tanpa koma (jika tidak ada nomor jilid buku) atau Judul buku koma (jika ada
nomor jilid buku)
3) Nomor jilid
buku (jika ada) tanpa koma
4) Nama kota
tempat terbit buku titik dua
5) Nama
penerbit koma
6) Tahun terbit
buku koma
7) Halaman-halaman
yang dikutip atau yang berkenaan dengan teks titik.
Pada cara
pertama, antara nama kota tempat terbit buku, nama penerbit, dan tahun terbit
ditempatkan di dalam kurung. Ada juga bisa menulis footnote dengan cara
kedua, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Nama
pengarang koma
2) Judul buku
koma
3) Nomor jilid
buku (jika ada) koma
4) Nama
penerbit koma
5) Nama kota
tempat terbit buku koma
6) Tahun
penerbit koma
7) Halaman-halaman
yang dikutip atau yang berkenaan dengan teks titik.[7]
Contoh:
¹Gorsy Keraf, Komposisi: Sebuah
Pengantar Kemahiran Bahasa, Penerbit Nusa Indah, Flores, NTT, 2001, h. 34.
E. Footnote
yang Berkaitan dengan Jumlah Nama Pengarang
Ada beberapa hal yang perlu
diketahui berkaitan dengan jumlah nama pengarang dalam footnote, yaitu
sebagai berikut:
·
Satu Pengarang
(1) Nama
pengarang ditulis sesuai dengan nama pengarang pada buku.
(2) Setelah nama
pengaranag diberi tanda koma.
(3) Judul buku
dicetak miring.
(4) Setelah
judul buku diikuti informasi buku, sub judul, jilid, edisi, tidak diikuti koma
atau titik.
(5) Informasi
penerbitan diapit tanda kurung dengan urutan nama kota, penerbit, dan tahun.
(6) Setelah
kurung tutup, diberi koma.
(7) Dapat
diikuti kata halaman (disingkat hlm atau h, dapat juga tanpa kata
halaman), nomor halaman angka arab, dan diakhiri dengan titik.
Contoh:
2 Gorys Keraf,
Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia, 1984), 1-20.
·
Dua pengarang
(1) Kedua
pengarang ditulis sesuai dengan nama pengarang di buku, dan diikuti koma.
(2) Judul buku
dicetak miring
(3) Judul buku
yang diikuti informasi (subjudul, jilid, edisi); tidak disisipi koma atau titik
(4) Informasi
penerbitan diapit tanda kurung dengan urutan nama kota, penerbit, dan tahun, setelah
kurung tutup, diberi koma
(5) Dapat
diikuti kata halaman (disingkat hlm atau h) dapat juga tanpa kata
halaman, nomor halaman angnka arab, dan diakhiri dengan titik
Contoh:
3E. Zaenal
Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Akademika
Presindo, 1996), 121-140.
·
Tiga pengarang
(1) Ketiga nama
pengarang ditulis seluruhnya.
(2) Tidak
menggunakan singkatan et.al. atau dkk (dan kawan-kawan).
(3) Setelah nama
pengarang diberi tanda koma.
(4) Judul buku
dicetak miring.
(5) Antara judul
buku dan informasi buku (subjudul, jilid, edisi, dan lain-lain) tidak disisipi
koma atau titik.
(6) Informasi
penerbitan diapit tanda kurung dengan urutan nama kota, penerbit dan tahun.
Setelah kurung tutup, diberi koma, dapat diikuti kata halaman (disingkat hlm
atau h, dapat juga tanpa kata halaman).
(7) Nomor
halaman ditulis dengan angka arab dan diakhiri dengan titik.
Contoh:
4Agus
Sujanto, Halem Lubis, dan Taufik Hadi, Psikologi Kepribadian (Jakarta:
Penerbit Aksara Baru, 1982), 120.
·
Lebih dari tiga pengarang
(1) Nama
pengarang pertama diikuti singkatan dkk (dan kawan-kawan) atau et.al. (et
allii), boleh memiliki singkatan et.al atau singkatan Bahasa
Indonesia dkk, tetapi harus konsisten, tidak berganti-ganti. Rujukan Berbahasa
Asing, misalnya Inggris, gunakanlah et.al. Jika rujukan ,bersumbaer pada Bahasa
Indonesia gunakanlah dkk.
(2) Antara nama
dan singakatan pengarang tidak dibubuhi koma.
(3) Nama
pengarang diikuti tanda koma.
(4) Judul buku
dicetak miring.
(5) Judul buku
dan subjudul, jilid, atau edisi tidak dipisahkan koma atau titik
(6) Informasi
penerbitan diapit tanda kurung dengan urutan nama kota, penerbit, dan tahun
setelah kurung tutup, diberi koma, dapat diikuti kata halaman (disingkat hlm
atau h, dapat juga tanpa kata halaman).
(7) Nomor
halaman ditulis dengan angka arab, dan diakhiri dengan titik.
Contoh:
5 Canfield,
Jack, Mark Victor Hansen, Jannifer Read Hawthorne, Marci Shimoff, Chicken
Soup For the Woman’s Soul, terj. Anton MGS (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2000), 100.
·
Institusi sebagai penulis
Contoh:
6 Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan
(Jakarta: Pusat Bahsa Departemen Pendidikan Nasional, 2004), 1-3.
·
Terjemahan
Contoh:
7 Canfield,
Jack, Mark Victor Hansen, Jannifer Read Hawthorne, Marci Shimoff, Chicken
Soup For the Woman’s Soul, terj. Anton MGS (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2000), 100.[8]
F. Metode
Penulisan Footnote
Footnote dapat diambil dari berbagai
macam sumber, seperti:
1) Buku
Contoh:
8Gorys Keraf,
Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa (Flores, NTT: Penerbit Nusa
Indah, 2001), hlm. 34.[9]
2) Majalah
Urutan unsur yang dituliskan: nomor urut
catatan kaki, nama pengarang, judul artikal (diapit tanda petik), nama majalah
(dicetak miring), nomor dan tanggal penerbitan, dan halaman.
Contoh:
9Dedi
Humaedi, “Kiat Perusahaan Hidup untuk Hidup Terus,” Swa Sembada,
16/XX/5-18 Agustus 2004, h. 107-109.
3) Surat Kabar
Urutan unsur yang dituliskan: nama
pengarang (kalau tidak ada nama tuliskan halaman pembahasan, misalnya: opini,
tajuk, tifa), judul artikel (diapit tanda petik), nama surat kabar (dicetak
miring), dan tanggal dan tempat penerbitan.[10]
Contoh:
10Putut EA,
“Rumah Hujan,” Media Indonesia 20 Juni 2004, 13.
4) Dari
Karangan yang Tidak Diterbitkan
Karangan ini dapat berupa skripsi, tesis, atau
disertasi. Cara penguipannya adalah disebutkan nama pengarangnya, judul
karangan yang ditulis diantara tanda petik rangkap, disebutkan skripsi, tesis
atau disertasi, kurang buka, nama tempat penyimpanan, kurung tutup, halaman dan
keterangan tidak diterbitkan yang disingkat dengan t.d. ( مخطو ط)
Contoh:
11Surjo Sumarsoso, “Saran-saran untuk Memperbaiki
Pendidikan Jasmani”,
Tesis
Sarjana Pendidikan (Bandung: Perpustakaan IKIP, 1960), h. 20, t.d.
5) Dari
Wawancara
Disebutkan
wawancara dengan siapa, identitasnya, tempat, bentuk wawancara dan tanggal
wawancara.[11]
Contoh:
12Rahmad
Hidayat, Ketua Pengadilan Tinggi Agama Bandung, Wawancara Pribadi, Jakarta,
4 Desember 1987.
6) Karangan
Dalam Ensiklopedi
Menurut
Harun Nasution dan Thomas penulisan footnote yang dikutip dari karangan ensiklopedi adalah sebagai berikut:
·
Nama pengarang diketahui
¹³ E.E.
Kellet,”Spinoza”, Encyclopedia of Religions and Ethics XI 1921, hlm. 251.
·
Nama pengarang tidak diketahui
Menulis catatan kaki atau footnote
tidak perlu ditulis selengkap-lengkapnya. Jika suatu sumber sudah pernah
dituliskan sebelumnya dengan lengkap, maka footnote tersebut dapat
dipersingkat dengan menggunakan singkatan. Misalnya: Ibid, op. cit, atau
loc. cit.
1)
Pengertian
a)
Ibid, adalah
kependekan dari ibidem, artinya pada tempat yang sama. Ibid
dipakai jika suatu kutipan diambil dari sumber yang sama dengan yang dituliskan
pada lembar sebelumnya.
b)
Op. cit, merupakan
kependekan dari Opere Citato, artinya dalam karangan yang disebut
sebelumnhya. Op. cit, digunakan untuk merujuk pada karangan atau buku
yang telah dituliskan sebelumnya dengan lengkap pada halaman lain, dan telah
diselengi oleh sumber-sumber lain. Jadi, yang dituliskan: nama penulis, op.
cit., serta nomor halaman.
c)
Loc. cit, adalah
kependekan dari Loco Citato, yang berarti pada tempat yang telah
disebutkan. Kegunaan loc. cit, adalah untuk menunjuk pada halaman yang
sama dari sumber yang sudah dituliskan sebelumnya, dan telah diselengi dari
sumber-sumber yang lain.[13]
2)
Contoh
Pemakaian Ibid., op. cit., dan loc. cit.
24Muhammad
Syahrur, Prinsip dan Dasar Hermeunitika Al-Quran Kotemporer (Yogyakarta:
Elsaq Press, 2004), hlm. 129.
25Ibid., hlm. 147.
(berarti dari buku yang tersebut diatas).
26Fahrudin
Faiz, Hermeneutika Al-Quran: Tema-tema Kontroversial (Yogyakarta: Elsaq
Press, 2005), hlm. 102.
27Zainab Hasan
Syarqawi, Fiqih Seksual Suami-Istri: Kunci Sukses Mengapai Kebahagiaan Hidup,
alih bahasa Hawin Murtadho (Solo: Media Insani Press, 1951), hlm. 23.
28Fahruddin
Faiz, op. cit., h. 109. (buku yang telah disebut diatas).
29Zainab Hasan
Syarqawi, loc. cit. (menunjuk kepada halaman yang sama dengan yang disebut
terakhir, yakni h. 23).[14]
Catatan:
Ada
catatan kaki yang bukan penunujukan suatu karya, melainkan keterangan pelengkap
untuk suatu konsep, umpamanya:[15]
...
superintendent sebagai tugas pelaksaana dari Dewan Pendidikan melaksanakan
tugas administratif dalam rangka memajukan sistem sekolah1...
1Sistem
sekolah yang dimaksudkan disini bukannya sistem atau cara pengajaran, melainkan
sejenis kesatuan atau rayon sekolah-sekolah pada suatu daerah atau wilayah. Di
Amerika Serikat rayon sekolah ini lazim disebut “school system”.
2.
Innote
Pada teknik ini,
sumber kutipan ditulis atau diletakkan sebelum bunyi kutipan atau diletakkan dalam
narasi atau kalimat sehingga menjadi bagian dari narasi atau kalimat tersebut.
Ketentuannya sebagai berikut:
a) Membuat
pengantar kalimat sesuai dengan keperluan.
b) Menulis
nama akhir pengarang.
c) Mencantumkan
tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman di dalam kurung.
d) Menampilkan
kutipan, baik dengan kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung.
Contoh:
Perkembangan
bahasa merupakan hal yang sangat urgen dalam tahap perkembangan jiwa anak,
menurut Yule (1996: 178-180), perkembangan bahasa dapat dibagi menjadi empat
tahap, yaitu (1) tahap pralinguistik (pre-lenguage Stages); (2) tahap
satu kata, satu frasa (the one-word or holoprastic, stage); (3)
tahap dua kata, satu frasa (the two-word stage); dan (4) tahap
menyerupai telegram (telegraphic speech).
Pada
contoh di atas, notasi illmiahnya mencakup: Yule, 1996:178. Yule adalah
pengarang buku yang dikutip, 1996 adalah tahun terbit buku yang dikutip, dan
178 adalah halaman tempat teks yang dikutip. [16]
3.
Endnote
Pada teknik endnote,
nama pengarang diletakkan setelah bunyi kutipan atau dicantumkan dibagian
akhir narasi, dengan ketentuan sebagai berikut:
a)
Membuat
pengantar kalimat sesuai dengan keperluan
b)
Menampilkan
kutipan, baik dengan kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung.
c)
Menulis nama
akhir pengarang, tanda koma, tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman didalam
kurung, dan akhirnya diberi titik.
Contoh:
Pada aspek penguasaan pragmatik, anak
dianggap sudah dapat berbahasa pada waktu ia mampu mengeluarkan kata-kata
pertamanya, yaitu sekitar usia satu tahun. Akan tetapi, sesungguhnya sejak
masa-masa awal setelah kelahirannya, anak mampu berkomunikasi dengan ibunya.
Demikian juga orang dewasa dilingkungannya pun memperlakukan anak seolah-olah
sudah dapat berbicara (Spencer dan Kass, 1970:130).
Pada contoh di atas, notasi ilmiahnya
meliputi: Spencer dan Kass, 1970:130. Spencer dan Kass adalah nama akhir
pengarang buku yang dikutip, 1970 adalah tahun terbit buku yang dikutip, dan
130 adalah halaman teks yang dikutip.
Ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan
baik untuk penulisan innote maupun endnote, antara lain:
1)
Jika diperlukan
dua buku rujukan untuk kepentingan pendapat tersebut dan buku-buku itu
membicarakan hal yang sama.
Contoh:
Penguasaan
sintaksis anak pada usia 18 bulan berkembang karena adanya motivasi anak dalam
rangka pencapaian maksud. Teori kognitif dalam psikologi mengungkapkan suatu
fakta bahwa pikiran benar-benar mempengaruhi suatu tndakan. Demikian juga,
tingkah laku yang berkaitan dengan pencapaian suatu maksud ditengarai oleh proses
yang cukup rumit. Proses kognitif mempengaruhi asal suatu tujuan dari suatu
respon afektif ke stimulus (Haditono, 1979:13; Martin dan Stendler,
1943:546-547).
2)
Jika diperlukan
tiga buku rujukan untuk kepentingan pendapat tersebut dan buku-buku itu membicarakan
hal yang sama.
Contoh:
Bahasa
baku memiliki tiga fitur yang sangat urgen, yaitu (1) kemantapan dinamis, (2)
cedekia, dan (3) rasional (Arifin dan Tasai, 2000:19-20; Perum Balai Pustaka,
1993:13; Chaer dan Agustina, 1995:254).
Perhatikan
pula pemakaian tanda titik koma pada endnote diatas. Tanda titik koma
(;) pada endnote diatas, digunakan untuk memberikan batasan antara
notasi ilmiah yang satu dengan yang lainnya.
3)
Jika nama
pengarang lebih dari tiga orang, yang disebutkan hanya nama pengarang pertama
dengan memberikan et al atau dkk. (berarti dan kawan-kawan) di
belakang nama tersebut.
Contoh:
Jika
dirumuskan bagaimana hubungan arsitektur dan arsitek, Sularso, dkk (2003:10-11)
mengatakan bahwa arsitektur adalah perpaduan ilmu dan seni, sedangkan arsitek
adalah orang yang mencptakan ruang sehingga melahirkan bentuk-bentuk arsitektur
yang beraneka ragam.
Penggunaan
notasi ilmiah relatif berbeda antara satu perguruan tinggi dengan perguruan
tinggi yang lain. Meskipun demikian, pada umumnya mereka mengacu pada salah
satu pedoman penulisan notasi ilmiah yang ada. Bahkan, biasanya hampir di
setiap perguruan tinggi memiliki buku penulisan usulan penelitian, skripsi,
tesis, atau disertasi.
Ada
dua versi dalam penulisan innote dan endnote. Pertama,
mencantumkan pengarang, tahun terbit, dan halaman teks yang di kutip. Kedua,
hanya mencantumkan nama pengarang dan tahun terbit. Namun, pada umumnya cara
yang pertama lebih banyak digunakan daripada cara yang kedua.[17]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Notasi ilmiah adalah pencantuman
sumber rujukan yang digunakan dalam sebuah karya ilmiah. Pencantuman tersebut
dimaksudkan untuk menghindari tuduhan plagiat dan untuk memberikan kemudahan
bagi peneliti maupun penerima untuk mengetahui sumber rujukan, terutama jika
diperlukan penelitian ulang atau penelitian lanjutan di kemudian hari.
Ada tiga teknik yang banyak
digunakan di berbagai perguruan tinggi baik PTN maupun PTS, yakni footnote,
innote, dan endnote.
B.
Saran-saran
Penulis menyadari akan banyaknya
kekurangan dalam makalah ini, baik dari ejaan tulisan, tata kalimat, tata
bahasa maupun yang lainnuya. Tetapi setidaknya penulis telah berusaha
menguraikan maksud dari “Notasi Ilmiah”. Oleh karena itu, banyaknya kekurangan
dalam makalah ini, penulis mengharapkan adanya wujud apresiasi pembaca untuk
memberikan koreksi dan masukan agar penulis mampu memperbaikinya, Terima
kasih
DAFTAR
PUSTAKA
Djuroto, Toto. 2005. Menulis Artikel
dan Karya Ilmiah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hs,
Widjono. 2005. Bahasa Indonesia. Jakarta:
PT Grasindo.
IAIN Syarif Hidayatullah. 2000. Pedoman
Penuisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: IAIN Jakarta Press.
K,
Khanif Setia. 2012. "Kutipan dan
Notasi Ilmiah". http://khanifs.blogspot.com.
Diakses pada 8 Mei 2014 pukul 11:20 WIB.
Karyanto, Umum Budi. 2012. Bahasa
Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.
Prawira,
Ario Seto. 2012.
“Notasi Ilmiah”. http://ryochinaja.blogspot.com.
Diakses: pada 08 Mei 2014 pukul 10:57 WIB.
Soemanto, Wasty. 1996. Pedoman
Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
[1]Ario Seto
Prawira,
“Notasi Ilmiah”, online: http://ryochinaja.blogspot.com. Diakses:
pada 08 Mei 2014 pukul 10:57 WIB.
[2] Umum Budi Karyanto, Bahasa
Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Pekalongan:
STAIN Pekalongan Press, 2012), hlm. 81.
[3] IAIN Syarif Hidayatullah, Pedoman
Penuisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi (Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000),
hlm. 23.
[4]
Umum Budi Karyanto, op.
cit., hlm. 81.
[5]Widjono Hs, Bahasa Indonesia
(Jakarta: PT Grasindo, 2005), hlm. 67-68.
[6] Ibid,
hlm. 68.
[7]
Umum Budi Karyanto, op.
cit., hlm. 81-83.
[8]
Widjono Hs, op. cit.,hlm.
71-74.
[9]Umum Budi Karyanto, op. cit.,
hlm. 84-85.
[10]
Widjono Hs, op. cit.,hlm.
75.
[11]
IAIN Syarif Hidayatullah, op.
cit., hlm. 28-30.
[12]
Umum Budi Karyanto, op.
cit., hlm. 87.
[13]Toto Djuroto, Menulis Artikel
dan Karya Ilmiah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 78-79.
[14]
Umum Budi Karyanto, op.
cit., hlm. 88.
[15]Wasty Soemanto, Pedoman Teknik
Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah) (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 32.
[16]Khanif Setia k, "Kutipan dan Notasi Ilmiah", online: http://khanifs.blogspot.com. Diakses pada 8 Mei
2014 pukul 11:20 WIB.
[17]
Umum Budi Karyanto, op.
cit., hlm. 89-91.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus