Selasa, 08 Maret 2016

makalah Notasi Ilmiah

NOTASI ILMIAH
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas:
Mata Kuliah                : Bahasa Indonesia
                  Dosen pengampu               : Umum Budi Karyanto, M. Hum.
Oleh:
Khoirun Nisa                                       (2021113202)
Irma Ayu Purnami                              (2021113209)
Eni Rosida                                          (2021113228)
Urip Puji Astuti                                   (2021113260)
Hepi Rahmawati                                 (2021113265)
Kartika Budi Ayu                               (2021113275)
   
Kelas: PAI F
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Sebuah karya tulis tidak lepas dari beberapa referensi yang berkaitan dengan tema atau topik karya ilmiah tersebut. Hal ini untuk menunjukkan kualitas baik atau tidaknya sebuah karya ilmiah. Semakin baik buku atau referensi yang dikutip maka semakin baik pula kualitas karya ilmiah tersebut.
Pada hakekatnya sebuah karya ilmiah disajikan bagi semua pembaca yang berkepentingan dengan karya tersebut atau bisa juga bagi pembaca yang ingin menambah wawasan keilmuanya. Seorang pembaca yang baik akan senantiasa mengkritisi apa yang ia baca, hal ini dilakukan dengan cara melihat referensi yang dimuat oleh sebuah karya ilmiah yang ia baca. Maka dari itu seorang penulis harus benar dalam menuliskan notasi ilmiah pada karya tulisnya.
Makalah ini akan mengulas sedikit mengenai pengertian notasi ilmiah, teknik-tekniknya, metode penulisannya beserta singkatan-singkatan yang dipakai dalam notasi ilmiah.
B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.        Apa Pengertian Notasi Ilmiah?
2.        Apa Saja Teknik-Teknik Notasi Ilmiah?
3.        Apa yang Dimaksud Footnote?
4.        Apa yang Dimaksud Innote?
5.        Apa yang Dimaksud Endnote?


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Notasi Ilmiah
Notasi ilmiah adalah pencantuman sumber rujukan yang digunakan dalam sebuah karya ilmiah. Pencantuman tersebut dimaksudkan untuk menghindari tuduhan plagiat dan untuk memberikan kemudahan bagi peneliti maupun penerima untuk mengetahui sumber rujukan, terutama jika diperlukan penelitian ulang atau penelitian lanjutan di kemudian hari.[1]

B.       Teknik-Teknik Notasi Ilmiah
Ada tiga teknik yang banyak digunakan di berbagai perguruan tinggi baik PTN maupun PTS, yakni footnote, innote, dan endnote.[2]
1.        Footnote
Yang dimaksud dengan catatan kaki disini adalah catatan pada bagian bawah halaman teks yang menyatakan sumber sesuatu kutipan, pendapat atau keterangan penyusunan mengenai sesuatu hal yang diuraikan dalam teks.[3] Gelar akademik dan gelar kebangsawanan tidak disertakan serta nama pengarang/penulis tidak dibalik.[4]
a.        Fungsi Catatan Kaki
·      Pengakuan akan sumber informasi
·      Memberikan dukungan argumentasi atau pembukuan
·      Pembuktian kutipan naskah
·      Meningkatkan kualitas karangan
·      Menunjukkan kejujuran intelektual, bukan plagiat, dan mempertinggi estetika.[5]
b.        Tempat Catatan Kaki
·      Catatan Kaki dan uraian pada halaman yang sama pada bagian bawah digunakan dalam skripsi, tesis, disertasi,buku, atau karangan ilmiah formal lainnya.
·      Catatan kaki pada akhir bab digunakan untuk karangan populer
·      Catatan kaki pada akhir karangan digunakan untuk karangan yang berbentuk artikel untuk surat kabar, jurnal, majalah, laporan yang tidak menggunakan pembagian bab atau esai dalam buku kumpulan esai.[6]
Penempatan catatan kaki harus konsisten. Misalnya penempatan catatan kaki pada kaki halaman pertama. Penempatan ini dilakukan seterusnya dengan cara yang sama sampai dengan halaman terakhir. Jika menggunakan cara penempatan pada kaki bab, cara yang sama harus dilakukun sampai dengan akhir bab.
c.         Nomor Footnote
Footnote atau catatan kaki diberi nomor sesuai dengan nomor kutipan dengan menggunakan angka Arab, yaitu angka yang berasal dari ejaan Arab yang sekarang menjadi ejaan Internasional (1, 2, 3, dan seterusnya) yang diketik naik setengah spasi. Footnote pada tiap bab diberi nomor urut, mulai dari angka 1 sampai dengan selesai dan dimulai dengan nomor 1 lagi pada bab-bab berikutnya.
d.         Bentuk Footnote
Urutan penulisan footnote antara satu perguruan tinggi dengan perguruan tinggi yang lain tentu berbeda karena pada umumnya, setiap perguruan tinggi memiliki pedoman penulisan masing-masing. Ada dua cara penulisan yang disebutkan dalam makalah ini. Cara pertama, urutannya sebagai berikut:
1)   Nama pengarang koma
2)   Judul buku tanpa koma (jika tidak ada nomor jilid buku) atau Judul buku koma (jika ada nomor jilid buku)
3)   Nomor jilid buku (jika ada) tanpa koma
4)   Nama kota tempat terbit buku titik dua
5)   Nama penerbit koma
6)   Tahun terbit buku koma
7)   Halaman-halaman yang dikutip atau yang berkenaan dengan teks titik.
Pada cara pertama, antara nama kota tempat terbit buku, nama penerbit, dan tahun terbit ditempatkan di dalam kurung. Ada juga bisa menulis footnote dengan cara kedua, dengan ketentuan sebagai berikut:
1)   Nama pengarang koma
2)   Judul buku koma
3)   Nomor jilid buku (jika ada) koma
4)   Nama penerbit koma
5)   Nama kota tempat terbit buku koma
6)   Tahun penerbit koma
7)   Halaman-halaman yang dikutip atau yang berkenaan dengan teks titik.[7]
Contoh:
       ¹Gorsy Keraf, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, Penerbit Nusa Indah, Flores, NTT, 2001, h. 34.
E.   Footnote yang Berkaitan dengan Jumlah Nama Pengarang
       Ada beberapa hal yang perlu diketahui berkaitan dengan jumlah nama pengarang dalam footnote, yaitu sebagai berikut:
·           Satu Pengarang
(1)      Nama pengarang ditulis sesuai dengan nama pengarang pada buku.
(2)      Setelah nama pengaranag diberi tanda koma.
(3)      Judul buku dicetak miring.
(4)      Setelah judul buku diikuti informasi buku, sub judul, jilid, edisi, tidak diikuti koma atau titik.
(5)      Informasi penerbitan diapit tanda kurung dengan urutan nama kota, penerbit, dan tahun.
(6)      Setelah kurung tutup, diberi koma.
(7)      Dapat diikuti kata halaman (disingkat hlm atau h, dapat juga tanpa kata halaman), nomor halaman angka arab, dan diakhiri dengan titik.
Contoh:
2 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia, 1984), 1-20.

·           Dua pengarang
(1)      Kedua pengarang ditulis sesuai dengan nama pengarang di buku, dan diikuti koma.
(2)      Judul buku dicetak miring
(3)      Judul buku yang diikuti informasi (subjudul, jilid, edisi); tidak disisipi koma atau titik
(4)      Informasi penerbitan diapit tanda kurung dengan urutan nama kota, penerbit, dan tahun, setelah kurung tutup, diberi koma
(5)      Dapat diikuti kata halaman (disingkat hlm atau h) dapat juga tanpa kata halaman, nomor halaman angnka arab, dan diakhiri dengan titik
Contoh:
3E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Akademika Presindo, 1996), 121-140.

·           Tiga pengarang
(1)      Ketiga nama pengarang ditulis seluruhnya.
(2)      Tidak menggunakan singkatan et.al. atau dkk (dan kawan-kawan).
(3)      Setelah nama pengarang diberi tanda koma.
(4)      Judul buku dicetak miring.
(5)      Antara judul buku dan informasi buku (subjudul, jilid, edisi, dan lain-lain) tidak disisipi koma atau titik.
(6)      Informasi penerbitan diapit tanda kurung dengan urutan nama kota, penerbit dan tahun. Setelah kurung tutup, diberi koma, dapat diikuti kata halaman (disingkat hlm atau h, dapat juga tanpa kata halaman).
(7)      Nomor halaman ditulis dengan angka arab dan diakhiri dengan titik.




Contoh:
                4Agus Sujanto, Halem Lubis, dan Taufik Hadi, Psikologi Kepribadian (Jakarta: Penerbit Aksara Baru, 1982), 120.
                   
·           Lebih dari tiga pengarang
(1)      Nama pengarang pertama diikuti singkatan dkk (dan kawan-kawan) atau et.al. (et allii), boleh memiliki singkatan et.al atau singkatan Bahasa Indonesia dkk, tetapi harus konsisten, tidak berganti-ganti. Rujukan Berbahasa Asing, misalnya Inggris, gunakanlah et.al. Jika rujukan ,bersumbaer pada Bahasa Indonesia gunakanlah dkk.
(2)      Antara nama dan singakatan pengarang tidak dibubuhi koma.
(3)      Nama pengarang diikuti tanda koma.
(4)      Judul buku dicetak miring.
(5)      Judul buku dan subjudul, jilid, atau edisi tidak dipisahkan koma atau titik
(6)      Informasi penerbitan diapit tanda kurung dengan urutan nama kota, penerbit, dan tahun setelah kurung tutup, diberi koma, dapat diikuti kata halaman (disingkat hlm atau h, dapat juga tanpa kata halaman).
(7)      Nomor halaman ditulis dengan angka arab, dan diakhiri dengan titik.
Contoh:
       5 Canfield, Jack, Mark Victor Hansen, Jannifer Read Hawthorne, Marci Shimoff, Chicken Soup For the Woman’s Soul, terj. Anton MGS (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), 100.

·           Institusi sebagai penulis
Contoh:
       6 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (Jakarta: Pusat Bahsa Departemen Pendidikan Nasional, 2004), 1-3.




·           Terjemahan
Contoh:
       7 Canfield, Jack, Mark Victor Hansen, Jannifer Read Hawthorne, Marci Shimoff, Chicken Soup For the Woman’s Soul, terj. Anton MGS (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), 100.[8]

F. Metode Penulisan Footnote
     Footnote dapat diambil dari berbagai macam sumber, seperti:
1)   Buku
Contoh:
8Gorys Keraf, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa (Flores, NTT: Penerbit Nusa Indah, 2001), hlm. 34.[9]
2)   Majalah
       Urutan unsur yang dituliskan: nomor urut catatan kaki, nama pengarang, judul artikal (diapit tanda petik), nama majalah (dicetak miring), nomor dan tanggal penerbitan, dan halaman.
Contoh:        
       9Dedi Humaedi, “Kiat Perusahaan Hidup untuk Hidup Terus,” Swa Sembada, 16/XX/5-18 Agustus 2004, h. 107-109.
3)   Surat Kabar
       Urutan unsur yang dituliskan: nama pengarang (kalau tidak ada nama tuliskan halaman pembahasan, misalnya: opini, tajuk, tifa), judul artikel (diapit tanda petik), nama surat kabar (dicetak miring), dan tanggal dan tempat penerbitan.[10]
Contoh:                      
10Putut EA, “Rumah Hujan,” Media Indonesia 20 Juni 2004, 13.
4)   Dari Karangan yang Tidak Diterbitkan
  Karangan ini dapat berupa skripsi, tesis, atau disertasi. Cara penguipannya adalah disebutkan nama pengarangnya, judul karangan yang ditulis diantara tanda petik rangkap, disebutkan skripsi, tesis atau disertasi, kurang buka, nama tempat penyimpanan, kurung tutup, halaman dan keterangan tidak diterbitkan yang disingkat dengan t.d. ( مخطو ط)
          Contoh:
       11Surjo Sumarsoso, “Saran-saran untuk Memperbaiki Pendidikan Jasmani”,     
Tesis Sarjana Pendidikan (Bandung: Perpustakaan IKIP, 1960), h. 20, t.d.
5)   Dari Wawancara
Disebutkan wawancara dengan siapa, identitasnya, tempat, bentuk wawancara dan tanggal wawancara.[11]
Contoh:        
          12Rahmad Hidayat, Ketua Pengadilan Tinggi Agama Bandung, Wawancara Pribadi, Jakarta, 4 Desember 1987.
6)   Karangan Dalam Ensiklopedi
Menurut Harun Nasution dan Thomas penulisan footnote yang dikutip dari  karangan ensiklopedi adalah sebagai berikut:
·      Nama pengarang diketahui
     ¹³ E.E. Kellet,”Spinoza”, Encyclopedia of Religions and Ethics XI 1921, hlm. 251.
·      Nama pengarang tidak diketahui
            14 “Katalisator”, Ensiklopedia Indonesia I.[12]
Menulis catatan kaki atau footnote tidak perlu ditulis selengkap-lengkapnya. Jika suatu sumber sudah pernah dituliskan sebelumnya dengan lengkap, maka footnote tersebut dapat dipersingkat dengan menggunakan singkatan. Misalnya: Ibid, op. cit, atau loc. cit.
1)        Pengertian
a)    Ibid, adalah kependekan dari ibidem, artinya pada tempat yang sama. Ibid dipakai jika suatu kutipan diambil dari sumber yang sama dengan yang dituliskan pada lembar sebelumnya.
b)   Op. cit, merupakan kependekan dari Opere Citato, artinya dalam karangan yang disebut sebelumnhya. Op. cit, digunakan untuk merujuk pada karangan atau buku yang telah dituliskan sebelumnya dengan lengkap pada halaman lain, dan telah diselengi oleh sumber-sumber lain. Jadi, yang dituliskan: nama penulis, op. cit., serta nomor halaman.
c)    Loc. cit, adalah kependekan dari Loco Citato, yang berarti pada tempat yang telah disebutkan. Kegunaan loc. cit, adalah untuk menunjuk pada halaman yang sama dari sumber yang sudah dituliskan sebelumnya, dan telah diselengi dari sumber-sumber yang lain.[13]
2)        Contoh Pemakaian Ibid., op. cit., dan loc. cit.
24Muhammad Syahrur, Prinsip dan Dasar Hermeunitika Al-Quran Kotemporer (Yogyakarta: Elsaq Press, 2004), hlm. 129.
25Ibid., hlm. 147. (berarti dari buku yang tersebut diatas).
26Fahrudin Faiz, Hermeneutika Al-Quran: Tema-tema Kontroversial (Yogyakarta: Elsaq Press, 2005), hlm. 102.
27Zainab Hasan Syarqawi, Fiqih Seksual Suami-Istri: Kunci Sukses Mengapai Kebahagiaan Hidup, alih bahasa Hawin Murtadho (Solo: Media Insani Press, 1951), hlm. 23.
28Fahruddin Faiz, op. cit., h. 109. (buku yang telah disebut diatas).
29Zainab Hasan Syarqawi, loc. cit. (menunjuk kepada halaman yang sama dengan yang disebut terakhir, yakni h. 23).[14]
Catatan:
            Ada catatan kaki yang bukan penunujukan suatu karya, melainkan keterangan pelengkap untuk suatu konsep, umpamanya:[15]
            ... superintendent sebagai tugas pelaksaana dari Dewan Pendidikan melaksanakan tugas administratif dalam rangka memajukan sistem sekolah1...
 

            1Sistem sekolah yang dimaksudkan disini bukannya sistem atau cara pengajaran, melainkan sejenis kesatuan atau rayon sekolah-sekolah pada suatu daerah atau wilayah. Di Amerika Serikat rayon sekolah ini lazim disebut “school system”.


2.        Innote
Pada teknik ini, sumber kutipan ditulis atau diletakkan sebelum bunyi kutipan atau diletakkan dalam narasi atau kalimat sehingga menjadi bagian dari narasi atau kalimat tersebut. Ketentuannya sebagai berikut:
a)    Membuat pengantar kalimat sesuai dengan keperluan.
b)    Menulis nama akhir pengarang.
c)    Mencantumkan tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman di dalam kurung.
d)   Menampilkan kutipan, baik dengan kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung.
Contoh:
Perkembangan bahasa merupakan hal yang sangat urgen dalam tahap perkembangan jiwa anak, menurut Yule (1996: 178-180), perkembangan bahasa dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu (1) tahap pralinguistik (pre-lenguage Stages); (2) tahap satu kata, satu frasa (the one-word or holoprastic, stage); (3) tahap dua kata, satu frasa (the two-word stage); dan (4) tahap menyerupai telegram (telegraphic speech).
Pada contoh di atas, notasi illmiahnya mencakup: Yule, 1996:178. Yule adalah pengarang buku yang dikutip, 1996 adalah tahun terbit buku yang dikutip, dan 178 adalah halaman tempat teks yang dikutip. [16]
3.        Endnote
Pada teknik endnote, nama pengarang diletakkan setelah bunyi kutipan atau dicantumkan dibagian akhir narasi, dengan ketentuan sebagai berikut:
a)         Membuat pengantar kalimat sesuai dengan keperluan
b)        Menampilkan kutipan, baik dengan kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung.
c)         Menulis nama akhir pengarang, tanda koma, tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman didalam kurung, dan akhirnya diberi titik.

Contoh:
Pada aspek penguasaan pragmatik, anak dianggap sudah dapat berbahasa pada waktu ia mampu mengeluarkan kata-kata pertamanya, yaitu sekitar usia satu tahun. Akan tetapi, sesungguhnya sejak masa-masa awal setelah kelahirannya, anak mampu berkomunikasi dengan ibunya. Demikian juga orang dewasa dilingkungannya pun memperlakukan anak seolah-olah sudah dapat berbicara (Spencer dan Kass, 1970:130).
Pada contoh di atas, notasi ilmiahnya meliputi: Spencer dan Kass, 1970:130. Spencer dan Kass adalah nama akhir pengarang buku yang dikutip, 1970 adalah tahun terbit buku yang dikutip, dan 130 adalah halaman teks yang dikutip.
Ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan baik untuk penulisan innote maupun endnote, antara lain:
1)        Jika diperlukan dua buku rujukan untuk kepentingan pendapat tersebut dan buku-buku itu membicarakan hal yang sama.
Contoh:
Penguasaan sintaksis anak pada usia 18 bulan berkembang karena adanya motivasi anak dalam rangka pencapaian maksud. Teori kognitif dalam psikologi mengungkapkan suatu fakta bahwa pikiran benar-benar mempengaruhi suatu tndakan. Demikian juga, tingkah laku yang berkaitan dengan pencapaian suatu maksud ditengarai oleh proses yang cukup rumit. Proses kognitif mempengaruhi asal suatu tujuan dari suatu respon afektif ke stimulus (Haditono, 1979:13; Martin dan Stendler, 1943:546-547).
2)          Jika diperlukan tiga buku rujukan untuk kepentingan pendapat tersebut dan buku-buku itu membicarakan hal yang sama.
Contoh:                                                 
Bahasa baku memiliki tiga fitur yang sangat urgen, yaitu (1) kemantapan dinamis, (2) cedekia, dan (3) rasional (Arifin dan Tasai, 2000:19-20; Perum Balai Pustaka, 1993:13; Chaer dan Agustina, 1995:254).
Perhatikan pula pemakaian tanda titik koma pada endnote diatas. Tanda titik koma (;) pada endnote diatas, digunakan untuk memberikan batasan antara notasi ilmiah yang satu dengan yang lainnya.
3)          Jika nama pengarang lebih dari tiga orang, yang disebutkan hanya nama pengarang pertama dengan memberikan et al atau dkk. (berarti dan kawan-kawan) di belakang nama tersebut.
Contoh:
Jika dirumuskan bagaimana hubungan arsitektur dan arsitek, Sularso, dkk (2003:10-11) mengatakan bahwa arsitektur adalah perpaduan ilmu dan seni, sedangkan arsitek adalah orang yang mencptakan ruang sehingga melahirkan bentuk-bentuk arsitektur yang beraneka ragam.
Penggunaan notasi ilmiah relatif berbeda antara satu perguruan tinggi dengan perguruan tinggi yang lain. Meskipun demikian, pada umumnya mereka mengacu pada salah satu pedoman penulisan notasi ilmiah yang ada. Bahkan, biasanya hampir di setiap perguruan tinggi memiliki buku penulisan usulan penelitian, skripsi, tesis, atau disertasi.
Ada dua versi dalam penulisan innote dan endnote. Pertama, mencantumkan pengarang, tahun terbit, dan halaman teks yang di kutip. Kedua, hanya mencantumkan nama pengarang dan tahun terbit. Namun, pada umumnya cara yang pertama lebih banyak digunakan daripada cara yang kedua.[17]







BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Notasi ilmiah adalah pencantuman sumber rujukan yang digunakan dalam sebuah karya ilmiah. Pencantuman tersebut dimaksudkan untuk menghindari tuduhan plagiat dan untuk memberikan kemudahan bagi peneliti maupun penerima untuk mengetahui sumber rujukan, terutama jika diperlukan penelitian ulang atau penelitian lanjutan di kemudian hari.
Ada tiga teknik yang banyak digunakan di berbagai perguruan tinggi baik PTN maupun PTS, yakni footnote, innote, dan endnote.

B.       Saran-saran
Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dalam makalah ini, baik dari ejaan tulisan, tata kalimat, tata bahasa maupun yang lainnuya. Tetapi setidaknya penulis telah berusaha menguraikan maksud dari “Notasi Ilmiah”. Oleh karena itu, banyaknya kekurangan dalam makalah ini, penulis mengharapkan adanya wujud apresiasi pembaca untuk memberikan koreksi dan masukan agar penulis mampu memperbaikinya, Terima kasih












DAFTAR PUSTAKA
Djuroto, Toto. 2005. Menulis Artikel dan Karya Ilmiah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hs, Widjono. 2005.  Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Grasindo.

IAIN Syarif Hidayatullah. 2000. Pedoman Penuisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: IAIN Jakarta Press.
K, Khanif Setia. 2012.  "Kutipan dan Notasi Ilmiah".  http://khanifs.blogspot.com. Diakses pada 8 Mei 2014 pukul 11:20 WIB.
Karyanto, Umum Budi. 2012. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.  Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.
Prawira, Ario Seto. 2012.  “Notasi Ilmiah”.  http://ryochinaja.blogspot.com. Diakses: pada 08 Mei 2014 pukul 10:57 WIB.
Soemanto, Wasty. 1996. Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.




[1]Ario Seto Prawira, “Notasi Ilmiah”, online: http://ryochinaja.blogspot.com. Diakses: pada 08 Mei 2014 pukul 10:57 WIB.
[2] Umum Budi Karyanto, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi  (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2012), hlm. 81.
[3] IAIN Syarif Hidayatullah, Pedoman Penuisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi (Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000), hlm. 23.
[4] Umum Budi Karyanto, op. cit., hlm. 81.

[5]Widjono Hs, Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Grasindo, 2005), hlm. 67-68.
[6] Ibid, hlm. 68.
[7] Umum Budi Karyanto, op. cit., hlm. 81-83.

[8] Widjono Hs, op. cit.,hlm. 71-74.
[9]Umum Budi Karyanto, op. cit., hlm. 84-85.
[10] Widjono Hs, op. cit.,hlm. 75.
[11] IAIN Syarif Hidayatullah, op. cit., hlm. 28-30.
[12] Umum Budi Karyanto, op. cit., hlm. 87.
[13]Toto Djuroto, Menulis Artikel dan Karya Ilmiah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 78-79.
[14] Umum Budi Karyanto, op. cit., hlm. 88.               
[15]Wasty Soemanto, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah) (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 32.

[16]Khanif Setia k, "Kutipan dan Notasi Ilmiah", online: http://khanifs.blogspot.com. Diakses pada 8 Mei 2014 pukul 11:20 WIB.

[17] Umum Budi Karyanto, op. cit., hlm. 89-91.

1 komentar: